Almarhum Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau sering disebut Gus Dur memang luar biasa. berbagai predikat dan gelar telah disandang orang kelahiran Jombang ini, termasuk humornya. Nah kali ini kami tampilkan sedikit dari humor Gus Dur, semoga bisa bikin anda mesem, syukur bisa cengengesan. . . .
KEPUTUSAN RAPAT
Saat masih berada di bangku sekolah,
Gus Dur memang terkenal sebagai anak yang usil bin jail.
Pernah suatu kali dia berusaha
mengerjai guru Bahasa Inggrisnya, dengan seember air, yang digantung di pintu
kamar mandi di sekolahnya. Karuan saja, saat sang guru hendak membuka pintu,
“Byuur!” basah kuyuplah sang guru asal Batak tersebut.
Namun ketika sang guru bertanya,
“Siapa yang punya ide untuk menaruh ember itu di situ?”
Sambil menahan tawa Gus Dur menjawab,
“Awalnya memang saya yang punya ide Bu. Tetapi kemudian sudah menjadi keputusan
rapat.”
Suatu ketika Gus Dur membagi-bagikan
handphone kepada sejumlah kiai NU. Tentu saja para kiai ini agak kikuk dengan
teknologi telepon genggam, karena waktu itu yang namanya HP hanya orang—orang tertentu
saja yang punya.
Karena merasa sejumlah kiai koleganya
sudah mendapatkan handphone, Gus Dur pun dengan mudah menghubungi mereka lewat
telepon genggam tersebut.
Pada satu kesempatan, Gus Dur meminta
kepada asistennya untuk mengirimkan SMS ke salah seorang kiai. Namun, lama
ditunggu, jawaban dari sang kiai tak kunjung didapat. Alhasil Gus Dur pun
menelepon sang kiai.
“Pak kiai, kalau ada SMS dari umat
mbok ya dijawab,” kata Gus Dur.
Lantas dengan polosnya sang kiai
menjawab, “Waduh Gus, saya nggak nulis di handphone ini, soalnya tulisan saya
jelek.”
Setelah mendapat larangan dari dokternya untuk tidak
melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur kemudian
nekat untuk berpergian jauh menggunakan kereta api.
“Anda mau pergi naik kerata api Gus? Memangnya Anda
pikir bisa sampai tepat waktu dengan naik kereta api?” ledek si dokter.
“Anda jangan meremehkan, kereta itu cepet banget loh!”
jawab mantan Presiden RI ke-4 itu.
“Kereta api mana yang bisa menandingi kecepatan pesawat
terbang?” tanya dokter.
“Oho.. Anda jangan salah. Semua kereta api bisa lebih
cepat dari pesawat,” kilah pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940
ini.
“Anda mimpi kali. Semua orang juga tahu kalau pesawat
itu jelas lebih cepat dibandingkan kereta api,” cecar sang dokter.
“Wah, Anda salah. Memang sekarang ini pesawat lebih
cepat. Tapi itu karena kereta api baru bisa merangkak. Coba kalau kereta api nanti
sudah bisa berdiri dan bisa lari. Wuiih.. pasti bakalan jauh lebih cepat dari
pesawat,” jawab Gus Dur, disambut wajah kecut sang dokter.
MENANGGAPI
PRESIDEN IRAN RAFSANJANI
Cerita ini dituturkan oleh Jalaludin
Rakhmat, untuk menunjukan bahwa gusdur itu lucu, “aneh” dan sangat pintar.
Suatu kali pada akhir 1980-an, Pemerintah Iran mengundang sejumlah pemuka
Indonesia, termasuk Gus Dur dan Jalaludin Rakhmat. Begitu sesampainya di negeri
itu, rombongan Indonesia menemui sejumlah pejabat Negara, untuk saling mengenal
dan bertukar pikiran.
Menurut Jalaludin, hampir disetiap
pertemuan resmi itu, Gus Dur selalu tertidur dan sudah tentu tuan ruma pun tahu
kalau salah satu tamunya ada yang tertidur. Semua rekan rombongan Gus Dur pun
merasa tak enak hati pada tuan rumah, khawatir disangka kurang menghormati.
Maka, menjelang pertemuan utama atau
pertemuan yang terakhir dengan Presiden Iran, kang Jalal merasa perlu mewanti –
wanti agar kali ini jangan tidur lagi.
“ Tolong ya, Gus, sekali ini jangan
tidur “, katanya.
“ Yang kemarin – kemarin itu
bolehlah; tapi yang bakal kita temui kali ini itu dalah Presiden Iran. Jadi,
tolong di tahan, dong, kantuknya.”
“ Ya, deh, ya, ya, ya…..” jawab Gus
Dur sambil menyeringai.
Pada saat yang ditentukan,
bertemulah rombongan Indonesia dengan Presiden Rafsanjani di Istana
kepresidenan.
Beberapa orang Indonesia mulai
bicara, memperkenalkan diri, mengemukakan maksud kedatangan, dan basa basi
lainnya. Lalu giliran tuan rumah menyampaikan sambutannya, dan menguraikan
perjalanan revolusi Iran, kemajuan – kemajuan yang dicapai, peluang dan prospek
pembangunan – pembangunan yang setelah negeri itu menjadi Republik Islam Iran
selama sekian tahun.
Sebagian tamu dari Indonesia tentu menyimak
dengan seksama – omongan seorang Presiden memang wajib disimak, terlepas dari
apa isinya. Tapi, dimana Gus Dur ? Ternyata dia seperti dalam pertemuan –
pertemuan sebelumnya; terlelap dikursinya !
Namun, ketika Gus Dur dibangunkan
untuk mengungkapkan tanggapannya, Gus Dur segera menanggapi pembicaraan
Presiden Rafsanjani itu dengan lancer cerdas. Semuanya diungkapkan dalam Bahasa
Arab yang bagus.
Sekian dulu yeeeee. . . . . . mben maneh.
wokwokwowk
BalasHapussaya suka cerita dari alm. gusdur
terimakasih. . . .
HapusAssalamu'alaikum....
BalasHapusSi Mbah mampir....
Waduh thak suwun mbah, sory telat balesnya he he he
Hapus