ENDOG KOPLAK

Pensil 2B


A
lkisah, ada seorang laki-laki sebut saja namanya si Endog. Dia mempunyai masalah dengan kelaminya yang mulai terdeteksi sejak dia duduk dibangku SD. Sehingga dia tidak pernah lagi mandi di sungai bersama-sama teman sebayanya karena sering diejek tentang kelaminya utw kemaluanya. Maklum waktu itu masih jarang pipa air yang mengalirkan air bersih ke kampung sehingga untuk mandi harus ke sungai. Mungkin karena permasalahan yang diderita itu pula si Endog sampai saat ini belum berani menikah walau usianya sudah kepala 3.
        Suatu saat Endog memberanikan diri pergi ke dokter spesialis kelamin untuk untuk  berkonsultasi soal keluhannya. Setelah tiba giliranya dokter mempersilahkan Endog duduk untuk berkonsultasi
Dokter    : Apa keluhan anda ?
Endog    : Dok, saya punya masalah dengan kemaluan saya, tapi Dokter harus janji dulu untuk tidak tertawa ya ?
Dokter    : Tenang mas, saya ini dokter spesial. Saya janji tidak akan tertawa,
            karena hal itu melanggar kode etik  dan sumpah kedokteranku, jawab  
            dokter bersahaja.
Mendengar jawaban dokter yang demikian itu Endok sangat senang dan lega 
serta percaya diri  karena dokter pasti juga akan menjaga kerahasiaanya.
Dokter       : Coba boleh saya lihat mas ?
Endog        : Boleh pak silahkan
Dengan percaya diri Endog lansung menurunkan celananya, yang ternyata burungnya sangat kecil sekali apalagi jika dilihat dari postur tubuh dan usianya, mungkin diameter kelaminya hanya sebesar pensil 2B saja.
Melihat ‘barang’ yang hanya seadanya itu, dokter tak kuat menahan tawanya, dia langsung tertawa terpingkal-pingkal, sampai berguling-guling dilantai sambil memegangi perutnya. (xi . . . xi . . .  xi . . . . wetenge kaku)
Endog hanya melongo saja melihat dokter yang tertawa, dengan perasaan yang bercampur aduk antara setengah malu griegreten dan lain-lain.
Kira-kira lima menit kemudian, baru pak Dokter  dapat mengendalikan emosinya.
Dokter       :Maaf Mas. Hhh.. hh.. hhhh . . . Saya kelepasan sehingga tidak kuat menahan tawa. Saya janji  pasti tidak akan tertawa lagi.
Endog        : Bener dok ?!
Dokter       :Bener jangan kwatir, saya berjanji tidak akan ketawa lagi. Nah, sekarang masalah Saudara apa?  kata dokter sambil berjuang keras dan menyembunyikan sisa tawanya.
Endog        : “Janji Dok ya, dokter tidak akan tertawa lagi,” pinta si Endog.
Dokter       : Ya, ya saya berjanji, bener.
Karena merasa sudah mengingkari janji pada pasiennya, sang Dokter kembali
berjanji di depan Endog
Dokter       :“Baiklah saya tidak akan tertawa lagi, kalau saya sampai tertawa lagi kamu boleh pukul saya !”
Mendengar janji yang sungguh-sungguh itu Endog mulai berani ngomong dengan nada sedih,
Endog        :“ Begini Dok, burung saya sudah tiga hari ini tegang dan bengkak kayak begini…”
Dokter       : “Wakakkakaka.. hahahhaha.. hihihi.. hahahha”
Dokter tertawa lagi, bahkan kali ini lebih parah lagi setelah mendengarkan keluhan Endok, karena dokter mungkin membayangkan ; lha kalau bengkak dan tegangnya sebesar pensil 2B lha normalnya seberapa ????
Endog :”Buk…Bux, buk, dies plak”.
Endog memukuli dokter sesuai janjinya, kemudian keluar ruangan konsultasi sambil nggedumel
Endog     : Jiampuuut dokter gendeng . . . . . .

Ha. . . . .ha. . . . .ha. . . . .ha. . . .  ono-onoae reeeeek. . . . . !





Tidak ada komentar:

Posting Komentar